Wednesday, December 7, 2011

ALKOHOL DAN ETER


Alkohol dan eter mempunyai rumus umum yang sama yaitu CnH2n+2O. Alkohol  merupakan senyawa yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kita gunakan sebagai pelarut dan antiseptik. Alkohol yang kita kenal dan diperdagangkan dalam konsentrasi 70% dan 95% mempunyai rumus CH3CH2OH. Sedangkan eter yang kita jumpai dalam perdagangan terutama dietil eter (CH3-CH2-O-CH2-CH3)  digunakan sebagai obat bius dan pelarut.

 Alkohol
Alkohol dapat dianggap sebagai turunan air bila satu atom hidrogen dari molekul air diganti oleh suatu gugus alkil. Alkohol juga dapat dianggap dari turunan alkana dimana satu atom H dari alkana diganti gugus OH. Oleh karena itu sifat khas senyawa alkohol disebabkan adanya gugus fungsi hidroksil (-OH). Berdasarkan jumlah gugus –OH yang terikat tiap molekul olkohol, senyawa alkohol dapat dibedakan menjadi Mono alkohol dan poli alkohol.
Adanya gugus –OH pada alkohol menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen antar molekul alkohol dan menyebabkan titik didih alkohol jauh lebih tinggi dari pada titik didih eter dengan -
jumlah atom C yang sama.

Berdasarkan terikatnya gugus –OH pada jenis atom C, alkohol dibedakan menjadi :
-     Alkohol primer      :   Gugus –OH terikat pada atom C primer
-     Alkohol sekender  :   Gugus –OH terikat pada atom C sekunder
-     Alkohol tersier       :   Gugus –OH terikat pada atom C tersier
Berdasarkan jumlah gugus –OH yang terikat, alkohol dibedakan menjadi :
-          Alkohol monovalen :    mengikat satu gugus OH, CH3CH2OH (etanol)
-          Alkohol divalen       :    mengikat dua gugus OH, CH2OH-CH2OH (etanadiol)
-          Alkohol trivalen      :    mengikat tiga gugus OH, CH2OH-CHOH-CH2OH (gliserol)
-          Alkohol polivalen    :    mengikat gugus OH lebih dari 3, CH2OH – (CHOH)n – CH2OH

1.  TATANAMA SENYAWA ALKOHOL
Karena alkohol dapat dikatakan sebagai turunan alkana, maka cara memberi nama senyawa ini sesuai dengan pemberian nama senyawa alkana dengan mengganti akhiran –a dengan –ol. Langkah-langkah pemberian nama senyawa alkohol adalah sebagai berikut.
1.      Pilihlah rantai terpanjang dari rumus struktur senyawa tersebut yang mengikat gugus fungsi OH.
2.      Pemberian nomor urut atom C pada rantai karbon, sedemikian rupa sehingga atom C yang mengikat gugus fungsi mendapat nomor urut terkecil.

Contoh:
CH3OH                        CH3CH2OH                  CH3-CHOH-CH3                      CH3-CH­2-CH2OH
Metanol              etanol                                      2-propanol                                    1-propanol


2.   Sifat-sifat Alkohol
a.       Sifat Fisis
Gugus hidroksil (-OH) adalah gugus yang bersifat polar. Oleh karena itu molekul alkohol juga bersifat polar. Kepolaran alkohol akan semakin berkurang jika rantai C-nya semakin panjang. Metanol, etanol dan propanol mudah larut dalam air, tetapi kelarutan  1-butanol  hanya 8,3 gram dalam 100 gram air. Kelarutan alkohol dalam air akan bertambah jika rantai C-nya bercabang dan bertambahnya jumlah gugus –OH.
Karena gugus hidroksil (-OH) dapat membentuk ikatan hidrogen, maka titik didih alkohol jauh lebih tinggi dari pada titik didih eter dengan jumlah atom C yang sama. Titik didih alkohol juga dipengaruhi oleh jumlah atom C pada rantai dan jenis alkohol primer, skender atau tersier. Pada jumlah atom C yang sama titik didih alkohol primer lebih tinggi dari pada alkohol sekunder dan tersier, sedangkan titik didih alkohol tersier paling rendah.

Titik didih beberapa alkohol terdapat pada tabel di bawah ini.

Nama IUPAC
Nama Trivial
Rumus
Titik didih (oC)
Metanol
Metil alkohol
CH3OH
64,5
Etanol
Etil alkohol
CH3CH2OH
78,3
1-propanol
n-propil alkohol
CH3CH2CH2OH
97,2
2-propanol
Isopropil alkohol
CH3CHOHCH3
82,3
1-butanol
n-butil alkohol
CH3(CH2)2CH2OH
117,7
2-butanol
Sek. Butil alkohol
CH3CHOHCH2CH3
99,5
2-metil-1-propanol
Isobutil alkohol
CH3CH(CH3)CH2OH
107,9
2-metil-2-propanol
Tersier butil alkohol
(CH3)2COHCH3
82,6

b.   Sifat Kimia
1.      Alkohol bereaksi dengan logam natrium menghasilkan gas hidrogen
ROH   +  2 Na       ----->     RONa    +     H2
CH3CH2OH   + Na          ---->               CH3CH2ONa + H2
2.      Bereaksi dengan PX3 dan PX5
3 ROH   +   PX3    ----->         3 RX    +     P(OH)3
3 CH3CH2OH   + PCl3         ---->           3 CH3CH2Cl + P(OH)3

3.      Alkohol dapat didehidratasi oleh H2SO4 pekat
a.       pada suhu 180oC membentuk alkena
b.      pada suhu 140oC membentuk eter






4.      Dapat dioksidasi (alkohol primer paling mudah teroksidasi membentuk alkanal, alkohol sekender membentuk keton dan alkohol tersier paling sukar dioksidasi. Oksidasi alkohol tersier dengan oksidator kuat akan menyebabkan putusnya rantai karbon)
a.       oksidasi alkohol primer membentuk aldehid, dan reaksi oksidasi akan berlanjut sampai terbentuk asam karboksilat.

----->ROH  + oksidator            R-CHO         ----->            R-COOH
       CH3CH2CH2OH  + oksidator         -----> CH3CH2CHO   ----- >      CH3CH2COOH
b.      Oksidasi alkohol sekunder akan menghasilkan keton yang sukar dioksidasi lebih lanjut.
               O
//
----->ROH  + oksidator              R - C - R                
              OH                                                                               O
                ç                                                                               //
      CH3- CH - CH2OH  + oksidator             ---->           CH3 – C - CH3
c.       Alkohol tersier sukar dioksidasi
         
            
      + oksidator            tidak bereaksi
(CH3)2 – COH – CH3  + oksidator                  tidak bereaksi
5.      Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat membentuk ester
ROH   +  R’COOH         ------->    R’COOR    +     H2O
CH3CH2OH   + CH3COOCH2CH3              -------> CH3COOCH2CH3 + H2O
6.      Bereaksi dengan asam halida (HX) membentuk RX
ROH   +  R’COOH       =====>      R’COOR    +     H2O
CH3CH2OH   +   HCl        -----> CH3CH2Cl  +  H2O
7.      Bereaksi dengan H2SO4 pekat atau HNO3 membentuk ester anorganik
ROH   +  HOSO3           ----->     ROSO3H      +     H2O
CH3CH2OH   +   HOSO3H                   ------->       CH3CH2OSO3H   +  H2O
ROH   +  HONO2           ------>    RONO2      +     H2O
CH3CH2OH   +   HONO2         ------>      CH3CH2ONO2    +  H2O
3.   Pembuatan alkohol
Etanol secara alami banyak terdapat pada buah-buahan yang telah masak, akibat fermentasi karbohidrat. Oleh karena itu alkohol dapat terbentuk dari proses peragian dalam pembuuatan tape

C12H22O11      C6H12O6       2 C2H5OH  +  CO2
                                                    ragi

Peragian akan berhenti jika kadar alkohol telah mencapai kadar 14% hingga 16%. Jika diinginkan kadar yang lebih tinggi, campuran itu harus disuling. Hasil penyulingan merupakan azeotrop 95% alkohol dan 5% air. Untuk menghasilkan alkohol pekat (96%) atau alkohol absolut (100%) ke dalam azeotrop ditambahkan CaO untuk menarik air.



4.   Kegunaan alkohol


 

Etanol dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai pelarut, obat-obatan dan bahan bakar. Alkohol 70% biasa digunakan untuk disinfektan, larutan iodium dalam alkohol (iodium tinture) digunakan sebagai obat luka. Alkohol tehnis yang telah diracuni metanol dan kita kenal sebagai spiritus digunakan sebagai pelarut cat (plitur) dan sebagai bahan bakar.
Metanol banyak digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan pernis dan lak serta sebagai pembersih karat pada logam-logam. Titik beku yang rendah menyebabkan metanol digunakan untuk campuran anti beku pada mobil di daerah dingin.
Alkohol kadar rendah ( sampai dengan 15%) banyak terdapat dalam minuman ringan sampai minuman keras Green Sand mengandung 1% alkohol dan bir mengandung 15 % alkohol. Alkohol yang dikonsumsi manusia akan dicerna dan dioksidasi terutama didalam hati (lever) dengan pertolongan enzime yang disebut alkohol-dehidrogenase. Produk dehidrogenase ini adalah asetaldehid, CH3CHO dan oksidasi biologis metanol menghasilkan formaldehid yang bersifat racun. Karena alkohol yang dikonsumsi lebih mudah teroksidasi dari pada karbohidrat, lemak dan protein, maka orang yang mengkonsumsi alkohol cenderung  terasa hangat dan malas makan, sebab energi yang diperlukan sudah terpenuhi. Alkohol juga menyebabkan ketergantungan pada konsumennya.


  ETER

 

     RUMUS UMUM

Eter ditunjukkan oleh gugus C – O – C, senyawa-senyawa ini biasanya diberi nama dengan pertama-tama menyebutkan kedua gugus alkil atau aril yang terikat pada atom oksigen dan kemudian ditambah kata eter. Bila kedua gugus alkil atau aril sama maka awalan di seringkali tidak digunakan
CH3 – O – CH3      CH3 – CH2 – O  – CH2 - CH3               CH3 – CH –O - CH3             
  Dimetil eter                            dietil eter                                       ê   metil isopropil eter
   (metil eter)                            (etil eter)                                CH3

Karena eter merupakan turunan alkana, maka tata nama eter juga dapat diturunkan dari nama alkana sedangkan gugus alkoksi (- O – R) dapat dianggap sebagai cabang (R dengan rantai C lebih panjang dianggap sebagai rantai utama alkana).
                             R  -  O  -  R’                    R > R’
                         Alkana         alkil      = alkoksi alkana

           
               CH3 – O – CH3              CH3 – O – CH2 – CH3                   CH3 – CH2 – O – CH2 – CH3
            Metoksi metana                            metoksi etana                                  etoksi etana





2.   Beberapa sifat dan kegunaan eter
Sifat-sifat eter antara lain, lebih mudah menguap (titik didih dan titik leleh eter kurang dari separo titik didih alkohol yang jumlah atom C-nya sama), karena eter tidak mempunyai ikatan hidrogen dalam molekulnya, tetapi eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air, alkohol atau fenol. Karena ikatan hidrogen dengan H2O inilah maka kelarutan dietil eter dengan 1-butanol kira-kira sama.
eter sangat berguna sebagai pelarut untuk senyawa-senyawa hidrokarbon dan senyawa-senyawa yang mengandung gugus fungsi polar. Juga digunakan untuk mengisolasi zat lain dari tumbuh-tumbuhan (ekstraksi senyawa organik atau minyak atsiri dari sumbernya). Eter juga terkenal sebagai obat bius, akan tetapi karena ia memberikan efek lain, maka eter dewasa ini tidak banyak digunakan sebagai obat bius.

1.      Isomer pada alkohol dan eter.

Dikenal beberapa jenis isomer, antara lain isomer struktur (posisi, rantai dan gugus fungsi) dan isomer optik.
Pada isomer gugus fungsi terdapat perbedaan gugus fungsi zat, misalnya antara alkohol (-OH) dengan eter (-O-), Sedangkan pada isomer rantai terdapat perbedaan rantai utama dan pada isomer posisi ditunjukkan oleh letak cabang atau letak gugus fungsi dalam rantai utama.

Telah diketahui bahwa atom karbon mempunyai empat elektron valensi yang terarah ke sudut-sudut suatu tetrahedron. Jika keempat valensi itu mengikat empat atom atau kumpulan atom yang berlainan, misalnya 2-butanol ditemukan dua susunan molekul sebagai berikut:










Kedua susunan molekul itu berbeda karena susunan yang satu merupakan bayangan cermin dari susunan kedua yang tidak dapat saling berimpit. Perbedaan antara kedua susunan molekul ini akan jelas terlihat bila digunakan model molekul (molymod).
Karena kedua susunan molekul berlainan , berarti kedua molekul tersebut berlainan. Demikian pula kedua senyawa menunjukkan sifat-sifat yang berlainan. Salah satu sifat yang berlainan dari sepasang isomer ini ialah pengaruhnya terhadap cahaya yang berpolarisasi dalam suatu bidang. Karena itu pasangan isomer seperti ini disebut isomer optik. Sedangkan senyawa yang dapat memutar bidang getar cahaya terpolarisasi baik dalam bentuk cair atau larutan dikatakan bersifat optik aktif. Senyawa yang dapat memutar cahaya terpolarisasi kekanan diberi awalan dextro (kanan) dan yang memutar cahaya terpolarisasi kekiri (berlawanan arah jarum jam) diberi awalan Levo.
Suatu senyawa dapat dikatakan berisomer optik jika senyawa tersebut mempunyai atom C asimetris (atom C khiral) yaitu atom C yang mengikat 4 gugus berlainan. Banyak senyawa yang ditemukan di alam bersifat optik aktif dan senyawa yang biasa ditemukan hanya salah satu dari dua isomer yang mungkin. Suatu senyawa yang mengandung sebuah atom karbon asimetri hanya mempunyai sepasang isomer optik. Jumlah isomer bertambah bila dalam satu molekul terdapat lebih banyak atom karbon asimetrinya. Jumlah isomer optik dalam suatu senyawa sebanyak 2n, dimana n adalah jumlah atom khiral dalam senyawa tersebut.


Untuk memudahkan dan menghindari kesalahan dalam mencari isomer, anda harus memahami jumlah rantai struktur yang mungkin dari alkil:



Dengan memperhatikan tabel tersebut dapat diketahui isomer dari:
a.       Alkohol  R-OH, karena R dengan n = 5 kemungkinannya ada 8 maka jumlah alkohol yang mungkin ada 8 rumus struktur alkohol.
{seperti pada tabel diatas (n=5) pada tangan yang kosong letakkan OH}
b.      Eter R – O – R’ , jumlah n dalam R dan R’ = 5 dengan komposisi:
n = 1 dan n’ = 4   jumlah isomer yang mungkin  1 x 4
n = 2 dan n’ = 3   jumlah isomer yang mungkin  1 x 2
Jadi jumlah isomer eternya 6.

Contoh:











2.      Reaksi alkohol dengan beberapa pereaksi
Alkohol dan eter merupakan isomer gugus fungsi. Selain dapat dibedakan melalui sifat fisikanya, kedua golongan senyawa ini juga dapat dibedakan dengan mereaksikan zat tersebut.
Beberapa pereaksi yang dapat digunakan untuk membedakan kedua senyawa di atas diantarnya : logam Na, PX3 dan oksidator.


Eter
Alkohol
a.       Dengan logam Na tidak bereaksi
R – O – R   +  Na  tidak bereaksi 
a.       Dengan logam Na bereaksi menghasilkan gas hidrogen
ROH   +  Na    ®  RONa  +  H2
b.   Dengan PX3 tidak bereaksi
b.      Dengan pereaksi PX3 membentuk RX dan P(OH)3
ROH    +  PX3  ®   RX   + P(OH)3
CH3-CH2OH+PCl3® CH3-CH2Cl +P(OH)3
c.  tidak dapat dioksidasi
c.       Dapat dioksidasi
Alkohol primer dioksidasi menjadi aldehid
      Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton
      Alkohol tersier sukar sekali dioksidasi, dan bila dioksidasi dengan oksidator kuat akan pecah menjadi alkanal dan alkanon dengan rantai C lebih pendek


KOMENTAR FACEBOOK ANDA